Tuesday, October 16, 2012

Ayah, Bunda, jangan paksa aku memilih sekolah itu…



Musim Ujian sekolah telah usai, berganti menjadi musim liburan, musim kenaikan kelas, hingga musim memilih sekolah favorit dan perguruan tinggi favorit. Semua orang pun bergerilnya. Tidak hanya siswa siswi yang bergerilya mencari sekolah impiannya, namun para orang tua juga gencar mengarahkan anaknya pada impiannya atau malah memaksakan impian kepada anaknya. Nah, termasuk yang manakah Ayah Bunda sekalian?


Tentu lah setiap orang tua mnginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pengalaman hidupnya, kadang membuatnya ingin mengatur segala arah masa depan putra-putrinya. Mulai urusan baju, teman bermain, makanan, bahkan perihal cita-citanya sekali pun.
Tak sedikit orsang tua yang di masa mudanya telah kandas impiannya, giliran punya anak, impiannya ingin diwujudkan oleh anak-anaknya.

Memang sangat dipahami, kekhawatiran orang tua terhadap masa depan anak lah yang menjadikannya Sangat protektif terhadap anak-anaknya. Namun Ayah Bunda, itu Sangat lah berlebihan jika kita lakukan. Sebagai orang tua, Cukuplah kita mengawasi, memberikan pengarahan di setiap langkah anak-anak kita, meluruskannya jika jalan yang dipilihnya adalah salah.
Selama cita-cita dan impian masa depannya positif, apa pun itu, biar lah. Jangan lah kita memaksakan impian masa muda kita yang belum tercapai, atau keinginan sepihak orang tua semata tanpa komunikasi baik dengan anak, dipaksakan begitu saja. Jangan lah Ayah, jangan lah Bunda…

Jika cita-cita dan impian anak adalah hasil paksaan orang tua, niscaya hasilnya tidak akan maksimal. Karena dalam setiap langkahnya akan penuh beban dan rasa takut terhadap amarah orang tua jika dia mengalami kegagalan. Padahal, impian hanya bisa dicapai dengan keyakinan diri si empunya.

Saya pernah menjadi seorang tentor mata pelajaran Matemátika untuk adik-adik SMP dan SMA semasa kuliah dulu. Berbagai macam kasus dialami adik-adik ketika akan menentukan kemana mereka akan melanjutkan sekolah atau melanjutkan kuliah. Waktu itu, ada seorang adik bimbingan saya kelas 3 SMA, setiap hari dia belajar, ikut privat ini itu, mengikuti alur orang tuanya, mengikuti arahan dan impian orang tuanya untuk masuk ke jurusan Kedokteran ketika kuliah. Kebetulan dia suka ‘curhat’ dengan saya, salah satunya, sebenarnya dia ingin kuliah di bidang Design Grafis. Namun karena ancaman tidak akan dibiayai oleh orang tua jika memaksakan impiannya, maka dia TERPAKSA mengikuti aturan main orang tuanya. Alhasil, dia tetep belajar, Namur sulit sekali diarahkan.

Bunda yang penyayang,
Ijinkanlah ananda berkarya dengan impiannya.

Setiap orang, bahkan anak kecil sekalipun, pasti punya impian dan cita-cita tersendiri di dalam hatinya. Apakah kita yakin, sebagai orang tua, kehendak kita selalu benar? Belum tentu bunda. Kita tidak akan bisa menentukan masa depan yang terbaik buat anak-anak kita. Pengawasan yang terbaik, pengarahan yang terbaik, meraih keikhlasan anak dan kenyamanannya dalam berkarya adalah kunci utama meraih masa depan yang cerah anak-anak kita. InsyaAllah.

Hal terpenting yang tidak boleh kita lupakan adalah selama kita sudah membekali putra-putri kita dengan dasar ilmu agama yang kuat sejak kecil entah di dalam atau di luar rumah, insyaAllah anak-anak kita akan selalu ada di jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah, yang diridhoi oleh Allah.
Doa Ayah Bunda jua lah yang menentukan keberhasilan anak-anak kita. Memberi contoh yang baik, selalu bersemangat dalam bekerja dan beramanah, niscaya para mujahid-mujahid kecil, anak-anak di rumah akan meniru kita. Karena orang tua adalah teladan utama, pendidikan pertama, madrasar nomor satu buat anak-anak kita.

Barokallahufiikum, semoga kita bisa menjadi orang tua yang bisa menjadi suri teladan yang baik buat anak-anak kita. Amiin Ya Rabbal’alamiin.

No comments: