Monday, March 8, 2010

Bapak dan Anak


mengurai selembar kisah, perbincangan seorang anak dan bapak, tentang hakikat.
Adzan maghrib mengalun indah, mengumandangkan seruan ibadah kepada Sang Khalik. Mega di ufuk barat berangsur-angsur tenggelam, menyambut datangnya malam. Seorang gadis manis jelita, yang sedang pulang ke padepokan orang tuanya, sibuk dengan buku-buku di meja ruang tamunya. Di sebelahnya ada bapaknya tercinta yang sedang menemaninya.
"Ayo sholat nak, adzan lho..." kata sang bapak menghentikan aktifitas anaknya.
"iya Pak, monggo..." sambut sang anak dengan senyum manisnya.
Keduanya pun, mengantri mengambil air wudhu di belakang rumah, bergantian dengan ibu dan adiknya yang ternyata sudah duluan mau mengambil air wudhu. Kemudian dengan santun dan khusuk keluarga itu menunaikan shalat maghribnya.
"Allah, yang Maha Pengampun, maafkalah semua salah dan khilaf diri ini. YA Allah, penguasa sekalian alam Yang Maha Agung, periharalah, jagalah orang tuaku, berikanlah umur yang panjang dan barokah kepada keduanya, dan diri ini. Muliakanlah bapak ibu hamba dalam barisan ummatMu yang mulia. Ijinkan diri ini memiliki masa bersama beliau berdua, saudara dan juga keluarga, berikhtiar meraih mimpi dan cita bapak ibu hamba pada diri ini Ya Allah. Hamba adalah makhluk yang lemah, hanya kepadaMu diri ini bersimpuh... Amiin. " begitu sang gadis mengalunkan doa dalam kidung ibadah padaNya, dalam sujud shalatnya.
sedikit hiruk pikuk masyarakat desa malam hari, anak2 yang berangkat ngaji, beberapa mengayuh sepeda 'pancal' kesukaannya, dan tak jarang pula yang bergontai ria dengan motor kesukaannya. Nyanyian alam, kodok dan jangkrik pun ikut menemani aktifitas malam yang menyejukkan.
Makan malam berjalan begitu mesra dalam keluarga sang gadis, dengan menu 'bobor' dan sambal 'ulek', tidak lupa dengan krupuk makanan favoritnya, menjadi menu kehangatan malam itu. Sang gadis, adalah seorang mahasiswi yang segera menyandang gelar sarjananya, yang diimpikannya, dan impian orang tua beserta orang2 terkasihnya. Selepas mengurai kehangatan dalam makan malamnya, masing2 anggota keluarga itu kembali ke aktifitasnya. Sang ibu kembali menekuni gelutannya di mini toko yang ada di sudut rumah itu, melayani para pembeli yang berbelanja kebutuhan sehari-hari, atau hanya sekedar berkunjung ke mini toko untuk bersilaturrahmi antar tetangga.
Sang gadis melanjutkan kesibukannya bersama buku-buku yang masih berserakan di meja ruang tamu, bagian depan rumah. Sang bapak menemaninya, kadang perbincangan kecil pun terlontar seputar kesibukan sang bapak, sang anak, dan aktifitas keluarga, hingga obrolan kabar tetangga. Hingga entah dari mana awalnya, perbincangan pun memusat seputar adat jawa yang masih kental di kampung dan desa2 sekitarnya.
"Nak, kita hidup ini, tujuannya untuk apa sih?" sebuah pertanyaan muncul dari sang Bapa kepada anaknya.
"wah, bapak ngetes nie," dengan sedikit tawa sang gadis menjawab.
"lah, tanya beneran kok begitu to nduk, jawabnya. Kamu kan sudah gedhe, sebentar lagi sarjana, masa menjawab gitu aja lama. Bapak ini pengen tahu, sejauh mana kamu memaknai hidupmu sampai detik ini, terutama dengan Islam yang engkau anut sejak kecil," dengan santun sang bapak menegaskan pertanyaannya.
"iya Pak, sejauh ini, saya selalu meniatkan apa pun yang saya lakukan, hanya untuk allah semata, selain sangat berharap untuk kebahagiaan kita dunia dan akhirat. Saya ingin melihat bapak ibu bangga dengan saya, berjuang maksimal untukNya, untuk Islam, dan untuk orang2 yang saya sayangi. kenapa bapak tanya begitu? " jawab sang gadis pelan meyakinkan bapaknya.
"Begini lo nduk, bapak lihat kamu sibuuuuuk sekali. Melakukan ini itu, untuk impian ini itu, bapak hanya takut, kamu terlalu aktif tapi melupakan sejatinya hidup kita ini untuk apa. Bapak bangga kamu aktif, kamu mengejar impian, tapi dalam itu semua, jangan sampai melenakanmu, jangan sampai lupa kewajiban utamaMu, beribadah. beribadah hanya kepadaNya, apa pun yang kamu lakukan, sejatinya harus untuk mencari ridhoNya. Kalau kamu hanya obsesi mengejar impian semata, capek dan perjuanganmu hanya akan sia-sia. Kamu harus terus belajar, apa pun yang kamu lakukan, jangan sampai terlena, harus selalu mecari ilmu, seimbang umum & agama, seimbang dunia dan akhirat. dan kamu harus selalu ingat, akhir itu lebih baik daripada awal. apa pun ikhtiar yang kamu lakukan, lakukanlah proses yang sungguh-sungguh, dan proses yang baik, setelah itu, jangan sekali-kali mendekte Allah untuk hasil yang kamu inginkan. Setelah ikhtiar, pasrah dan tawakkalah padaNya."
"kamu tahu kan nduk, sekarang ini Islam macam2. Ada aliran ini itu, paham itu, tapi tetap dalam Islam. Tidak penting kamu, kita, termasuk yang mana, yang terpenting adalah, kita beribaah hanya pada Allah, dan hidup dengan pedoman Al Quran & sunnah rasulullah. Ada NU, muhammadiyah, ini, itu, selama tidak mengejarkan ajarannya tidak melenceng dari Al Quran & sunnah, perkuatlah iman di hati dengan keyakinan yang dimilik. Tidak usah memperdebatkan aliran ini benar, aliran ini salah, tidak lah seperti itu. Cukup, jadikan AL Qur'an dan sunnah sebagi pegangan. Hati2 lo nak, jangan terlalu larut dalam aktifitas dunia yang berlebihan. Niatkan semuanya hanya untuk Allah semata. Semoga langkahmu selalu dimudahkan olehNya." begitu dengan semangat 45 sang ayah menjelaskan kepada anak gadisnya.
"amiin, iya Bapak, saya juga selalu berusaha bisa seperti apa yang Bapak sampaikan tadi. Semoga Allah memudahkan semuanya, amin." jawab sang gadis singkat dan pasti.
Begitu mengasyikan perbincangan sang bapak bersama anak gadisnya. Gadis yang diharapkan kiprahnya untuk agama, keluraga, dan masyarakatnya.

No comments: