Tuesday, April 2, 2013

Bingung Si Buah Hati Gemar Melempar?

Saat usia buah hati berjalan dua tahun, ada kebiasaan baru yang bisa membuat para bunda sedikit terganggu melihatnya. Apa itu?

Saat mendapatkan barang apa pun di sekitarnya, saat usia bayi belum ada satu tahun, dia akan gemar memasukkan apapun ke dalam mulutnya. Namun saat usianya memasuki dua tahun, barang yang ditemuinya  suka dilempar entah ke mana. Melempar adalah suatu bentuk keterampilan baru yang digemari oleh si kecil. Seorang dokter spesialis anak mengatakan, keterampilan melempar ini biasanya dilakukan oleh balita berusia 18 bulan sampai 3 tahun. Butuh latihan berulang-ulang bagi si kecil untuk bisa melakukan kegitan ini.

Pada usia tersebut, anak bisa melihat, bola yang dilempar akan memantul. Kue yang dilempar akan pecah. Itu adalah beberapa hal yang membuatnya tertarik untuk melempar apapun yang ada di dekatnya. Melempar, sebuah kesenangan tersendiri bagi si kecil sehingga akan dilakukannya berlang-ulang. Selama barang yang dilempar olehnya adalah barang yang aman-aman saja, orang tua bisa tenang. Namun supaya barang yang dilempar tidak membahayakannya atapun membahayakan orang lain, orang tua cukup mengarahkannya.

Sediakan Mainan yang Aman
Mainan sederhana seperti bola, boneka bisa menjadi barang yang aman untuk menyalurkan kesenangan si kecil. Namun saat ada barang seperti sandal, gelas misalnya segera ambil dari tangan si kecil dan katakan, "Ini bukan untuk dilempar ya sayang, kalau bola boleh dilempar."

Mendampinginya Saat Bermain
Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memastikan keamanan si kecil saat bermain adalah dengan menemaninya. Bisa juga dengan meminta tolong seseorang untuk membantu mengawasinya. Tentu saja, carilah orang yang bisa dipercaya.

Stabilkan Emosi
Anak kecil seringkali berontak atau teriak jika diingatkan akan kesalahannya. Menghadapi hal itu, orang tua harus bisa menjaga emosi untuk selalu stabil. Jangan terpancing untuk memarahinya. Karena hal ini bisa mengakibatkan seorang anak bisa lebih berontak atau malah menjadi takut menyalurkan keinginan dan kreatifitasnya.

Memberi Contoh
Menasehati seorang anak, lebih efektif dengan memberi contoh. Karena pada tahap ini seorang anak belum bisa berpikir secara logis tentang yang baik atau tidak, benar atau salah. Kesempatan ini harus dimanfaat dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang tua untuk mengajarkan segala sesuatu dengan memberikan contoh terlebih dahulu.

Masa keemasan seorang anak harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Menjauhkan rasa trauma atau rasa takut dari kesalahan yang dilakukannya menjadi tugas besar setiap orang tua agar anak memiliki percaya diri yang besar. Sehingga anak mampu mengeksplorasi kreatifitas dan tumbuh dengan perkembangan yang maksimal. Jadi, bagaimana dengan Anda?