Monday, January 25, 2010

Ummu Ruman Seorang Bidadari Surga



dakwatuna.com – Wanita ini bernama Zainab atau biasa disebut Di’din. Tapi ia lebih sering dipanggil dengan laqab (nama panggilan) Ummu Ruman. Wanita ini anak perempuan dari Amir bin Uwaimir bin Abdullah Syams bin ‘Iqab. Nasabnya berakhir di Kinanah.

Ummu Ruman tinggal di wilayah yang bernama As-Sirat, yaitu sebuah dataran berkontur pegunungan dan berbukitan di Jazirah Arabia. Ketika sampai usia akil balig, ia dinikahkan dengan pemuda sedesanya yang bernama Harits bin Sakhbarah bin Jurtsumah Al-Kaher. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra yang diberi nama Ath-Thufail.

Kemudian Ummu Ruman dan anaknya, Ath-Thufail, dibawa Harits pindah ke Makkah. Di Makkah, keluarga kecil ini tinggal dan mendapat perlindungan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Sayang, Harits tidak dikarunia Allah swt. dengan umur panjang. Ia meninggal setelah setahun tinggal di Makkah. Abu Bakar kemudian menikahi Ummu Ruman dan merawat Ath-Thufail. Ummu Ruman pun menjadi istri kedua Abu Bakar.

Dari istri pertamanya, Abu Bakar memiliki dua orang anak, yaitu Asma dan Abdullah. Dari pernikahan dengan Ummu Ruman, Abu Bakar pun mendapat dua orang anak, yaitu Aisyah dan Abdurrahman. Selisih usia Asma dan Aisyah sepuluh tahun. Ummu Ruman menyatukan Ath-Thufail, Asma, Abdullah, Aisyah, dan Abdurrahman dalam asuhannya.

Ummu Ruman masuk Islam ketika Abu Bakar masuk Islam. Jadi, ia termasuk salah satu as-sabiqunal awwalun (kelompok pertama yang masuk Islam). Seluruh anak-anaknya mengikuti jejaknya masuk Islam, kecuali Abdurrahman. Dengan begitu, rumah Ummu Ruman adalah rumah kedua yang berada dalam naungan Islam setelah rumah Rasulullah saw.

Berbagai macam siksaan yang dilakukan kafir Quraisy kepada kaum muslimin di Makkah juga menimpa diri Ummu Ruman. Apalagi ia aktif bahu-membahu dengan suaminya, Abu Bakar, menyelamatkan orang-orang yang telah memeluk Islam ketika itu dari gangguan kafir Quraisy.

Sebagai ibu, Ummu Ruman sangat disiplin dan berhasil mendidik anak-anaknya. Sebagai seorang istri, ia sangat menghormati hak-hak suaminya. Dan, ia adalah seorang wanita yang menepati janji lagi bijak bestari. Sifat-sifat mulia itu terekam dalam peristiwa Rasulullah saw. meminang Aisyah.

Muhammad bin Amr menceritakan kepada kami. Ia berkata, Abu Salamah dan Yahya menceritakan kepada kami, ketika Khadijah telah meninggal dunia, Khaulah binti Hakim –istri Utsman bin Mazh’un—datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, tidakkah engkau menikah lagi?” Beliau berkata, “Dengan siapa?” Khaulah berkata, “Apabila engkau mau, engkau dapat menikahi seorang gadis, atau seorang janda.” Beliau bertanya, “Siapakah gadis tersebut?” Khaulah menjawab, “Putri hamba Allah Azza wa Jalla yang paling engkau cintai di muka bumi, Aisyah binti Abu Bakar.” Beliau bertanya lagi, “Lalu siapakah janda tersebut?” Khaulah menjawab, “Saudah binti Zam’ah. Ia telah beriman kepadamu dan mengikuti segala yang engkau ucapkan.” Rasulullah berkata, “Kalau begitu pergilah kepada keduanya, dan sebutkan namaku kepada mereka.”

Khaulah kemudian datang ke rumah Abu Bakar, dan ketika masuk ia berkata, “Wahai Ummu Ruman, kebaikan dan keberkahan apakah yang dicurahkan Allah Azza wa Jalla kepada kalian?” Ummu Ruman bertanya, “Apakah itu?” Khaulah menjawab, “Rasulullah saw. mengutusku meminang Aisyah untuk beliau.” Ummu Ruman berkata, “Kalau begitu, tunggulah sampai Abu Bakar pulang.”

Setelah Abu Bakar tiba, Khaulah menyampaikan maksud Rasulullah saw. Setelah mendengan kabar itu, Abu Bakar berkata, “Tunggu sebentar.” Abu Bakar pun keluar rumah. Ummu Ruman berkata kepada Khaulah, “Sesungguhnya Muth’im bin Ady pernah menyebutkan nama Aisyah di hadapan putranya, dan demi Allah, Abu Bakar tidak pernah menjanjikan sesuatu lalu melanggarnya.”

Abu Bakar pergi menemui Muth’im bin Ady. Ternyata Muth’im menarik kembali ucapannya karena khawatir anaknya masuk Islam. Setelah itu, Abu Bakar berkata kepada Khaulah, “Panggillah Rasulullah saw. kemari.” Khaulah pun pergi menjemput Rasulullah saw. Tak lama kemudian Abu Bakar menikahkan Rasulullah saw. dengan putrinya, Aisyah, yang ketika itu berusia 6 tahun.

Tak lama setelah pernikahan itu, Rasulullah saw. mendapat perintah untuk berhijrah. Abu Bakar diminta Rasulullah saw. mendampingi. Abu Bakar segera menyampaikan hal itu kepada isterinya, Ummu Ruman. Berita itu tidak membuat Ummu Ruman takut, meski ia harus tetap tinggal di Makkah bersama dengan anak-anaknya di bawah ancaman mara bahaya yang mungkin terjadi. Ummu Ruman justru berkata, “Sesungguhnya keluarga Rasulullah saw. harus menjadi teladan kita.”

Setelah Abu Bakar berangkat mendampingi Rasulullah saw. menuju Madinah, Ummu Ruman tetap melakukan tugas dan perannya seperti biasa. Tak lama kemudian ia menyusul hijrah ke Madinah bersama keluarganya dan keluarga Rasulullah saw., Fathimah, Ummu Kaltsum, Saudah, Zaid bin Haritsah, Abu Rafi’, hamba sahaya Rasulullah saw., Abdullah bin Ariqazh yang diutus Nabi untuk membawa mereka semua ke Madinah. Thalhah bin Abdullah pun turut serta dalam kafilah ini.

Ketika tiba di Madinah, Ummu Ruman berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau mengingatkan Rasulullah saw. tentang perkara Aisyah?” Maka Abu Bakar segera berangkat menemui Rasulullah saw. dan berkata kepadanya, “Tidakkah engkau ingin menggauli keluargamu, ya Rasulullah?”

Kisah selanjutnya Aisyah sendiri yang menceritakannya. Aisyah r.a. berkata, “Nabi Muhammad saw. menikahiku pada saat aku berusia 6 tahun. Kami kemudian pergi ke Madinah dan tinggal di kediaman Bani Harits bin Khazraj, ketika itu saya tidak enak badan dan rambut pun rontok. Ibuku –Ummu Ruman—kemudian mendatangiku yang ketika itu aku berada di sebuah ayunan bersama teman-temanku. Ia kemudian memanggilku. Aku pun mendatanginya meski tidak tahu apa yang ia inginkan dariku.

Ia kemudian memegang tanganku dan menghadangku di pintu rumah, hingga aku mulai merasa tidak tenang. Ia kemudian mengambil sesuatu dari air dan mengusapkannya pada wajah dan kepalaku. Ia kemudian memasukkanku ke sebuah rumah yang sudah dipenuhi wanita-wanita Anshar. Mereka berkata, ‘Dengan segala kebaikan dan keberkahan, dan rezeki yang baik.’ Ia kemudian menyerahkanku kepada mereka dan segera mendandaniku, dan hal ini tidak membuatku merasa takut kecuali kedatangan Rasulullah saw. Mereka kemudian menyerahkanku kepada beliau, dan ketika itu aku berusia 9 tahun.” (HR. Bukhari dalam Kitab Manaqib, hadits nomor 3605)

Hubungan Rasulullah saw. dan Aisyah mendapat cobaan yang begitu dahsyat. Peristiwa ini juga berat dirasakan oleh Ummu Ruman, ibu Aisyah. Pada tahun keenam Hijriah, kaum munafikin menghembuskan fitnah yang menyerang kehormatan dan kemuliaan Aisyah. Ketika pulang dari memerangi Bani Musthaliq, Aisyah tertinggal rombongan Rasulullah saw. Ada seorang sahabat menemukan Aisyah dan mengantar pulang ke Madinah.

Sesampai di Madinah Aisyah sakit. Ia meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk dirawat di rumah ibunya, Ummu Ruman. Ketika itu sebenarnya sang ibu telah mendengar fitnah yang dihembuskan oleh kaum munafikin terhadap kesucian Aisyah. Ia berusaha menyembunyikan kabar itu dari anaknya.

Dari Masruq bin Ajda’ berkata, Ummu Ruman menceritakan kepadaku seraya berkata, ‘Ketika kami sedang duduk bersama Aisyah, tiba-tiba masuk seorang wanita Anshar dan berkata, “Semoga Allah melakukan yang demikian terhadap fulan!” Ummu Ruman kemudian berkata, “Siapakah orang itu?”

Wanita tersebut berkata, “Ia adalah putraku yang menceritakan desas-desus itu.” Ummu Ruman bertanya, “Apakah desas-desus tersebut.” Wanita itu pun menceritakan isu yang merebak di tengah kota berupa tuduhan terhadap Aisyah r.a. Aisyah kemudian berkata, “Apakah Rasulullah saw. telah mendengar berita tersebut?” Ia berkata, “Ya.” Ia bertanya, “Dan Abu Bakar?” Wanita itu menjawab, “Ya.” Mendengar itu, Aisyah pun jatuh pingsan.

Ketika sadar, Aisyah menemukan dirinya didera demam yang sangat tinggi. Saya –Ummu Ruman—lalu menghamparkan pakaiannya untuk menutupi tubuhnya.”

Tak lama kemudian Rasulullah saw. datang dan bertanya, “Bagaimana kondisi orang ini?” Ummu Ruman menjawab, “Ya Rasulullah , dia didera demam yang sangat tinggi.” Beliau berkata, “Mungkin saja karena desas-desus yang terkait dengan dirinya.” Ummu Ruman menjawab, “Ya.”

Aisyah kemudian duduk dan berkata kepada Rasulullah saw., “Kalaupun aku bersumpah, engkau tidak akan mempercayaiku. Dan bila aku mengatakannya, niscaya engkau tidak akan memaafkanku. Perumpamaan diriku dan dirimu bagaikan Ya’qub dan anak-anaknya yang berkata, ‘Dan Allah Maha Penolong atas apa yang kalian ceritakan.’”

Ummu Ruman berkata, “Beliau kemudian keluar dan tidak mengatakan apapun hingga Allah menurunkan firmanNya tentang kesucian Aisyah. Aisyah kemudian berkata, ‘Segala puji hanya untuk Allah semata, dan bukan pujian untuk seorang pun, juga tidak untuk dirimu.” (HR. Bukhari dalam Kitab Maghazi, hadits nomor 3828).

Setelah peristiwa itu, di tahun keenam Hijriah itu juga, Ummu Ruman wafat karena sakit yang dideritanya. Rasulullah saw. ikut turun ke dalam kuburannya dan berdoa di sana. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat wanita bidadari surga, hendaklah melihat Ummu Ruman.”

Sumber : http://www.dakwatuna.com/wap/index-wap2.php?p=404

Sidang TAq


Pagi ini, pagi2 sekali, ketika kampus ini masih lumayan sepi, kulihat sebuah mobil fortuner yang sudah parkir di depan jurusan. Dan masih ada 1 mobil itu saja.
MasyaAllah, ternyata itu adalah dosen pembimbing tugas akhirku, yg hari ini, senen, 25 Januari 2010 menjadi dosen pengujiku. Sungguh, aku takjub dengan beliau. Pagi sekali beliau datang. Aku bersyukur punya dosen se-care beliau dengan mahasiswanya. Yang saaangat mengerti mahasiswa. Trimakasih Pak. Beliau melihatku dari kejauhan, dan memberikan isyarat padaku untuk tempat sidang, namun aku hanya masih bisa beruluk senyum karena harus mengambil konsumsi, untung ada temanku yang baik hati, menyiapkan teknis ruangan buat aku. Mulai pinjem kunci, nyiapin dan masang notebook buat presentasi, Ya Allah, terimakasih teman.
Jam 7.45 aku menginjakkan kaki di ruangan tempat sidang khususku hari ini, ada 2 orang teman yang menemaniku, oh, i love you teman... dalam kegalauanku, kalian ada untukku. terimakasih...
Di awal jam2 penantian dosen yang belum datang, dosen pengujiku mengajak ngobrol, ketawa2 gtu... tapi pas sidang dimulai... enggak tahu tepatnya dimulai jam berapa, aku gak ngeliat... dan selanjutnya, masyaAllah, dari sekian pertanyaan, ada beberapa pertanyaan yang aku lupa teori dasar statistika-ku, lamaaaaaa.... kucari, tetep gak nemu2, masyaAllah... seiring berjalannya waktu dan lempar pertanyaan aku menjawab, begitu seterusnya, menjelang pukul 11, sidang pun diakhiri, aku diminta keluar sebentar, entah kenapa tiba2 air mata ini mengalir... malu campur gimanaaa gtu, karena ada pertanyaan yg gak bisa aku jawab. kata temenku sie, aku tadi diuji bersih 1,5-2 jam, di luar prepare2 & nunggu tadi, tapi gak kerasa sama sekali.
teman2 di luar memelukku, dan bilang, "wes ta, lulus...lulus... biasa lah kalau dikader di dalam itu..." aku jawab, "masalahnya ini bukan dikader, tapi ada pertanyaan yang aku gak bisa jawab," tetep saja aku sesenggukan, "ya itu pengkaderan di sidang TA," temenku tetep berusaha mengembangkan hatiku...
Akhirnya, Bapak Penguji memanggilku, aku masuk, dan ketua penguji pun bilang, singkatnya, "mbak, sebenarnya masih banyak yang harus mbak perbaiki, tapi karena para dosen penguji ini lagi baik hati, mbak dinyatakan lulus, tapi dengan syarat mengumpulkan revisian, pendek kata, kalau gak revisian, akan ada pertimbangan lagi..." aku makin sesenggukan di depan 3 dosen pengujiku, tidak tahu apa yang aku rasakan, hatiku hanya bilang, "ya, akau harus segera menyelesaikan revisian biar segera lulus, gak tahu gimana caranya, HARUS BISA ! karena ada 1 poin revisian yang lumayan, hemmm.... di aplikasi kasusku..." Ya Allah, semoga bisa aku selesaikan dengan baik, amiin.
Bantulah aku Ya Allah, buatlah orang2 sekitarku tersenyum dengan aku bisa lulus maret ini, maret 2010. Amiin
Begitu lah, kisah sidangku hari ini, dan yang harus aku lakukan sekarang adalah, REVISI !!!
KERJAKAN REVISI !!!
BISMILLAH !!!
Ya Allah, mudahkanlah langkahku, ijinkan diri ini menyelesaikan semuanya dengan baik, dan bisa menempuh target lulus Maret 2010 ini, amin3x.
Engkalu lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu Ya Allah...
AllahuAkbar !!!

Saturday, January 23, 2010

Sandiaga Uno


“Sandiaga Uno mungkin adalah sosok pria yang digandrungi banyak kaum muda, kaya raya dan rendah hati. Sosok sandi memang merupakan salah satu fenomena dalam jagad bisnis di tanah air. Dalam usianya yang masih terbilang muda, 42 tahun, ia telah dinobatkan oleh majalah internacional Forbes, sebagai orang kaya nomer 29 di Indonesia. 

Total kekayaannya sekitar Rp.800 milyar (wooooww). Melalui perusahaannya yang bergerak di bidang investasi, yakni Saratoga Capital, anak Mien Uno ini telah meneguhkan dirinya sebagai anak muda cemerlang dengan visi bisnis yang maknyus. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba mengenal lebih dekat dengan Sandi. Di dalamnya saya mau menelisik dua pelajaran bisnis yang barangkali bisa kita petik. Sejatinya, yang juga membuat banyak orang tertegun, adalah sikap rendah hati dan kehidupan religius Sandi yang amat kental. Ia dikenal sebagai pria yang melakoni ritual puasa sunah Daud (Puasa setiap dua hari sekali, sepanjang tahun). 

Orang yang kaya raya ini ternyata begitu akrab dengan dunia ukhrowi (dunia akherat). Subhanallah. Ia juga tak pernah berhenti shalat sunnah Dhua setiap pagi. Dalam sebuah perbincangan informal, Sandi memberikan pengakuan seperti ini : “Jadi begini, ibadah itu kalau sudah rutin kita lakukan bukan lagi menjadi sebuah kewajiban tapi menjadi sebuah kebutuhan . 

Jadi kalau aku gak shalat Dhuha aja sekali, tiba-tiba ada sesuatu yang hilang, aneh rasanya. Walaupun itu sunnah jadi terasa wajib. Dan aku ngerasain sekali hikmahnya, sudah 7-8 tahun ini rutin aku lakukan, rejeki itu seperti gak aku cari, semua datang sendiri seperti dianter rezeki itukepada saya.” Kalau kalimat di atas diucapkan seorang ustadz, kita biasa mendengarnya. Namun kalau yang bilang adalah anak muda dengan kekayaan 800 milyar, maka NOW thats the power of IBADAH, semoga menurun ke kita.”

Thursday, January 21, 2010

KITA HARUS BERUBAH



بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh : Bulan Cahaya

Tidak sedikit orang dewasa yang hidup dalam masa lalu
Atau yang hidup dalam pengandaian masa depan.
Bahkan lebih banyak lagi yang tidak mengetahui
Bahwa dia seharusnya hidup sepenuhnya hari ini.

Jadikanlah diri anda orang yang mencontohkan kegembiraan
Jadikan diri anda orang yang memenangkan kehidupan
Memberi semangat bagi yang berputus asa
Menjadi penerang dalam kegelapan
Menjadi pemerhati dan penolong bagi penderitaan orang lain
Orang yang beruntung adalah orang yang memberi manfaat dalam kehidupan

Nyawamu adalah serpihan indah dari keberadaan Tuhan
Jiwamu adalah titisan dari Cinta Kasih dan Sayang Tuhan
Yang dia titipkan pada kemuliaan hatimu.
Dan akan kembali pada Allah saat pelayananmu selesai dalam kehidupan ini.

Bila kau mempunyai kekuatan
Mengapa tidak kau gunakan kekuatanmu
Untuk mengadakan perubahan-perubahan kecil
Yang mengantarkanmu pada keberhasilan pada hari kebebasan?

Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan
Tetapi tidak cukupnya tindakan yang dilakukan

Bukan kurang cerdasnya pemikiran yang melambatkan perubahanmu
Tetapi kurangnya penggunaan dari pemikiran dan kecerdasan

Bukan banyaknya hambatan yang menghalangi keberhasilanmu
Tetapi banyaknya keraguan yang merasuk jiwamu ,
Yang kau biarkan tumbuh dan berkembang

Bukan karena kau lemah tidak mempunyai kekuatan yang menyebabkan kegagalanmu
Tetapi kelemahan jiwamu yang membayangkan kegagalan
Bahkan sebelum kau memulainya....

Bukan kemiskinan yang menghalangi kesuksesanmu
Tetapi pemikiran tentang dugaan-dugaan yang belum tentu kau temui
Lihatlah disekelilingmu, berapa banyak orang sukses berasal dari keluarga sederhana, papa, kurang mampu dan miskin, tetapi mereka tidak miskin jiwa dan mereka kaya hati...
Dan kau adalah salah satu dari mereka yang kaya jiwa dan kaya hati...

Kapan kau akan memulainya?
Ambil Tindakan...!
Berani mengambil tindakan akan membangun keberadaan dirimu
Menjadi kebanggaan turunanmu dan Allah pun bangga padamu
Bangunkan keberanianmu dalam mengambil tindakan
Untuk mengadakan perubahan
Hingga kau membangun kemuliaan dirimu

Hanya orang-orang yang menyadari dirinya berada dalam suatu perjalanan -
yang berkelanjutan yang akan membangun kualitas prima ,
Yang akan berada dalam puncak keberhasilan
Dunia adalah perjalanan yang harus diisi dengan segala kebaikan
Untuk mencapai puncak keberhasilan
Dan Puncak keberhasilan itu adalah kehidupan akhirmu kelak

Hiduplah dalam batasan hari ini
Hari yang setiap detiknya, setiap menitnya, setiap waktunya
Harus diinvestasikan untuk kebahagiaanmu kelak

Tidak usah hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang dapat melemahkan jiwamu,
Bila masa lalu itu penuh kesedihan.
Tidak ada yang bisa diambil dari masa lalu kecuali pelajaran dan penasehat
Agar langkah tidak kembali salah...

Jangan berangan-angan tentang masa depan
Karena masa depan belum tentu datang

Hiduplah dalam batasan hari ini, yang setiap detiknya diisi dengan segala kebaikan
Bila hari ini baik, maka hari esokpun akan lebih baik
Hari esokmu ditentukan bagaimana kamu di hari ini.
Sebab hari esok akan menjadi "hari ini" pada keesokan harinya.

Hidup adalah kesempatan dan tindakan
Hidup adalah mengkonversikan kesempatan menjadi kenyataan
Hidupmu adalah hari ini, hari yang engkau isi dengan segala kebaikan
Hidupmu adalah perubahan yang dinamis
Jadikan hari ini sebagai kesempatan
Untuk menjadi pribadi yang baik dan mulia disisi Tuhanmu...
InsyaAllah...


***
Jibril pernah berkata kepada Rasulullah SAW :
1. Wahai Muhammad, hiduplah engkau seberapapun lamanya , namun engkau pasti akan mati.
2. Cintailah siapa saja yang engkau sukai , namun engkau pasti akan berpisah dengannya
3. Beramallah semaumu, namun engkau pasti akan mendapat balasannya “
Setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan ( berupa pahala disurga); begitu pula sebaliknya, setiap amal yang buruk pasti dibalas dengan keburukan ( dalam bentuk siksaan di neraka)

Wallahu a'lam bishowab

MENYENTUH ISTRI: MEMBATALKAN WUDHU?


Pertanyaan,

Bagaimana hukum bersentuhan dengan isteri setelah berwudhu. Apakah membatalkan wudhu?

Jawab:

Para ulama fikih berselisih pendapat tentang masalah ini sehingga terpolar menjadi berbagai pendapat yang cukup banyak. (Lihat Al-Majmu’ 2/34 Imam Nawawi). Di sini kami akan sebutkan tiga pendapat saja:

.

Pendapat Pertama: Menyentuh wanita membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat atau tidak, tetapi kalau ada pembatasnya seperti kain, maka tidak membatalkan wudhu. Pendapat ini populer dalam madzhab Syafi’i. Pendapat berhujjah dengan berbagai argumen, yang paling masyhur dan kuat adalah firman Allah dalam surat An-Nisa’: 43.
Ø£َÙˆْ لاَÙ…َسْتُÙ… النِّسَآءَ

Atau kamu telah berjima’ dengan istri. (QS. An-Nisa’: 43).

Mereka mengartikan kata لاَÙ…َسْتُÙ…ُ dalam ayat tersebut dengan menyentuh. (Lihat Al-Umm 1/30 oleh Imam Syafi’i dan Al-Majmu’ 2/35 oleh Imam Nawawi).

.

Pendapat Kedua: Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat maupun tidak berdasarkan beberapa dalil berikut:
Dalil Pertama: 

Asal wudhu seorang adalah suci dan tidak batal sehingga ada dalil yang mengeluarkan dari hukum asalnya, sedangkan hal itu tidak ada, padahal kita ketahui bersama bahwa menyentuh isteri adalah suatu hal yang amat sering terjadi. Seandainya itu membatalkan wudhu, tentu Nabi n akan menjelaskan kepada umatnya dan masyhur di kalangan sahabat, tetapi tidak ada seorangpun dari kalangan sahabat yang berwudhu hanya karena sekedar menyentuh istrinya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21/235).
Dalil Kedua:

Dari Aisyah d bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium sebagian istrinya kemudian keluar menuju shalat dan tidak berwudhu lagi. Saya (Urwah) berkata: Tidaklah dia kecuali anda kan? Lalu Aisyah tertawa. (Shahih. Riwayat Tirmidzi: 86, Abu Dawud: 178, Nasa’i: 170, Ibnu Majah: 502 dan dishahihkan Al-Albani dalam Al-Misykah: 323. Lihat pembelaan hadits ini secara luas dalam At-Tamhid 8/504 Ibnu Abdil Barr dan Syarh Tirmidzi 1/135-138 Syaikh Ahmad Syakir).

Hadits ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah membatalkan wudhu sekalipun dengan syahwat. Demikian ditegaskan oleh Syaikh Al-Allamah As-Sindi dalam Hasyiyah Sunan Nasa’i 1/104.
Dalil Ketiga:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya pernah tidur di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua kakiku berada di arah kiblatnya. Apabila beliau sujud maka beliau menyentuhku lalu sayapun mengangkat kedua kakiku, dan bila beliau berdiri, maka aku membentangkan kedua kakiku seperti semula. (Aisyah) berkata: “Rumah-rumah saat itu masih belum punya lampu”. (HR. Bukhari: 382 dan Muslim: 512).

Hadits ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah membatalkan wudhu. Adapun takwil Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/638 bahwa kejadian di atas bisa jadi karena ada pembatasnya (kain) atau kekhususan bagi Nabi, maka takwil ini sangat jauh sekali dari kebenaran, menyelesihi dhahir hadits dan takalluf (menyusahkan diri). (Periksa Nailul Authar Asy-Syaukani 1/187, Subulus Salam As-Shan’ani 1/136, Tuhfatul Ahwadzi Al-Mubarakfuri 1/239, Syarh Tirmidzi Ahmad Syakir 1/142).
Dalil Keempat:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Pada suatu malam saya pernah kehilangan Rasulullah n dari tempat tidur maka saya mencarinya lalu tanganku mengenai pada kedua punggung kakinya yang tegak, beliau shalat di masjid seraya berdoa: “Ya Allah saya berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu…”. (HR. Muslim: 486).

Hadits ini menunjukkan bahwa istri menyentuh suami tidaklah membatalkan wudhu. Adapun takwil Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 4/152 bahwa kejadian tersebut bisa jadi karena ada pembatas kainnya, maka menyelisihi dhahir hadits. (Lihat At-Tamhid 8/501 Ibnu Abdil Barr dan Tafsir Al-Qurthubi 5/146).
Dalil Kelima:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Pernah Rasulullah n melakukan shalat sedangkan saya tidur terbentang di depannya layaknya jenazah sehingga apabila beliau ingin melakukan witir, maka beliau menyentuhku dengan kakinya”.

(HR. Nasai 1/102/167. Imam Za’ilai berkata: “Sanadnya shahih menurut syarat shahih dan dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ 2/35).

Hadits ini menunjukkan bahwa menyentuh wanita tidaklah membatalkan wudhu dengan kaki atau anggota badan lainnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam At-Talkhis hal. 48: “Sanadnya shahih, hadits ini dijadikan dalil bahwa makna “Laamastum” dalam ayat adalah jima’ (berhubungan) karena Nabi menyentuh Aisyah dalam shalat lalu beliau tetap melanjutkan (tanpa wudhu lagi -pent)”..


Pendapat Ketiga:

Memerinci:
Batal wudhunya apabila menyentuh wanita dengan syahwat, dan
Tidak batal apabila tidak dengan syahwat.

Dalil mereka sama seperti pendapat kedua, tetapi mereka membedakan demikian dengan alasan

“Memang asal menyentuh tidak membatalkan wudhu, tetapi menyentuh dengan syahwat menyebabkan keluarnya air madhi dan mani, maka hukumnya membatalkan”.

(Lihat Al-Mughni 1/260 Ibnu Qudamah).

Pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat kedua yaitu

Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu baik dengan syahwat ataupun tidak, kecuali apabila mengeluarkan air mani dan madhi maka batal wudhunya

Atau minimal adalah pendapat ketiga.

Adapun pendapat pertama, maka sangat lemah sekali karena maksud ayat tersebut adalah jima’ berdasarkan argumen sebagai berikut:
Salah satu makna kata Ù„َÙ…َسَ dalam bahasa Arab adalah jima’ (Al-Qamus Al-Mukhith Al-Fairuz Abadi 2/259).
Para pakar ahli tafsir telah menafsirkan ayat tersebut dengan jima’ diantaranya adalah sahabat mulia, penafsir ulung yang dido’akan Nabi, Abdullah bin Abbas, demikian pula Ali bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, Mujahid, Thawus, Hasan Al-Bashri, Ubaid bin Umair, Said bin Jubair, Sya’bi, Qotadah, Muqatil bi Hayyan dan lainnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/550). Pendapat ini juga dikuatkan Syaikh ahli tafsir, Ibnu Jarir dalam Tafsirnya 5/102-103 dan Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid
Mengkompromikan antara ayat tersebut dengan hadits-hadits shahih di atas yang menegaskan bahwa Rasulullah n menyentuh bahkan mencium istrinya (Aisyah) dan beliau tidak berwudhu lagi.
Imam Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid 8/506 dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam At-Talkhis menukil dari Imam Syafi’i bahwa beliau berkata: “Seandainya hadits Aisyah tentang mencium itu shahih, maka madzhab kita adalah hadits Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam”. Perkataan serupa juga dikatakan oleh Imam Al-Baihaqi, pejuang madzbab Syafi’i. Hal ini menunjukkan bahwa kedua imam tersebut tidak menetapkan bahwa maksud لاَÙ…َسْتُÙ… dalam ayat tersebut bermakna “Menyentuh” karena keduanya menegaskan seandanya hadits Aisyah shahih, maka beliau berdua berpendapat mengikuti hadits. Seandainya kedua imam tersebut berpendapat seperti hadits, maka mau gak mau harus menafsirkan ayat tersebut bermakna “jima” sebagaimana penafsiran yang shahih. (Syarh Tirmidzi 1/141 oleh Syaikh Ahmad Syakir).

Demikianlah jawaban yang kami yakini berdasarkan dalil-dalil yang shahih, bukan fanatik madzhab dan mengikuti apa kata banyak orang. Semoga Allah menambahkan ilmu dan memberikan keteguhan kepada kita. Wallahu A’lam.

Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

Sunday, January 17, 2010

Mencintai Karena Allah



Alhamdulillah, segala puji bagiMu Ya Allah, atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada hamba.
Malam ini, baru saja bercengkrama dengan temen2 seperjuangan pembelajar mahasiswi2 ITS di K 3/52, telingaku tergelitik dengan sedikit canda tawa teman2ku...
aku keluar kamar, kutengok di ruang cinta keluarga ini, di depan kotak ajaib yang lagi off. Tapi di depannya, banyak mata yang sedang istiqomah, memperhatikan layar datar bergambar, bersuara, cinta, "ealah... pada lagi nonton KCB 2 euy...," teriakku. akhirnya, nimbrung juga aku, meski sudah pernah melihatnya di layar lebar, gak ada bosannya juga melihat lagi.

Beberapa dialog pencarian cinta yang sungguh berliku. terbesit dalam pikiranku, "Azzam & anna ini aliran apa ya? dan proses2 yang lain. prosesnya unik, mulai dr ta'aruf, bla...bla...bla..."
kok tiba2 baru kepikiran pertanyaan ini ya, hemmm...

aku memutar otak, "kelompok X, bukan, Y bukan, Z, bukan, ya.. ups, kok jadi mikir macem2 gitu, tp mending lah, masyarakat jd sedikit tergambar proses yg lebih baik dr pada umumnya. Ada ta'aruf, ada khitbah, istilah arab yang mulai ngetrend semenjak KCB muncul, [mungkin, this is just my opinion]"
Dialog yang sungguh membuatku takjub, ketika si istri, ana, mengadili furqon karena sikapnya, yang tiiiiiiit, sebagai seorang suami, "cintamu menyakiti aku fur..........kau mengerti syariat, tau aturan agama......."
astaghfirullah, sekali lagi di dialog ini nafasku terhenti, teringat hatiku yang fluktuatif ini, jika tidak lurus pada aturanNya, meski aku sadar atau tidak. Astaghfirullah... ampunilah dosa2 hamba Ya Allah.

KCB selesai, terdengar bunyi, "cieh...cieh...masyaAllah, dan berdoa sendiri2 untuk harapannya, bertemu jodoh sebaik dan sesantun azzam, [heee...akhwat2 di K3/52 yang pada ngarep...]"

Bioskop kecil selesai, kembali ke kamar masing2. Kunyalakan kotak ajaibku, tiba2 teringat perbincanganku dengan seorang ukhti tempo hari...
Dia bertanya padaku, "ukhti, bagaimana ya, cara melihat orang itu mencintai kita dan menyayangi kita karena Allah."

hemmm, pertanyaan yang berat. "hemmm, pokonya, Allah lah priority ukhti. Sabar ya, nanti ana carikan sumber gimana penjelasan pertanyaan anti."
kujawab singkat karena itu pertanyaan yang berat, aku merasa tak pantas menjawab pertanyaan itu. Meski aku tahu teorinya, aku berat mengeluarkan itu dari mulutku. Karena aku takut salah menyampaikan, dan teringat aku yang masih seperti ini, yang fluktuatif, dan benakku berfikir, mencintai karena Allah, itu sangat tipis perbedaanya ketika cinta itu datang, bahkan sulit terdeteksi ketika lawan jenis datang, banyak pertimbangan yang bisa saja itu keinginan hati dunia semata. Itu pelajaran dari sekitarku, dan orang2 yang sudah menjalani perjalanan cintanya. Yang memang sulit menjelaskan dan mengaplikasikannya. hemmm,,, iya gak sie...
lihat saja, yang lagi pada cari jodoh, pasti punya kriteria seabrek, nah, di situ seharusnya dipertanyakan... apakah kriteriaku ini pas dengan kriteriaNya...???
kembali kepada niatan bagaimana mencari calon... agama, baru yang laen2nya... tapi juga gak boleh lebay...
:-)

Setelah beberapa menit di depan kotak ajaibku, teringat tulisan seorang ukhti, 
"Cara mencintai lawan jenis yang benar yaitu mencintai dengan timbangan fithrah dan bashirah
Mencintai dengan kesucian dan mata hati
Fithrah dan bashirah yang jadi timbangannya yaitu
Jika kau mencintai wanita bukan karena tertipu oleh
kecantikan paras wajahnya dan keelokan bentuk tubuhnya

Bukan karena tersihir oleh matanya yang berkilat-kilat indah
Seperti bintang kejora
Bukan pula terpikat karena bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah
Juga bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan
Bukan karena hartanya yang melimpah meruah
Bukan karena kehormatannya yang kau akan jadi ikut terhormat karena menikahinya
Jika bukan karena itu semua kau mencintainya

Tapi kau mencintai dengan memakai timbangan fithrahmu dan mata batinmu
Kau mencintai dia karena merasakan kesucian jiwa dan agamanya
Dan mata batinmu condong karena kecantikan akhlak dan wataknya
Hatimu terpikat karena harumnya kalimat-kalimat yang keluardari lidahnya
Saat itulah kau mencintai lawan jenis dengan benar." (aniks-hayat)

hemmm.... this is... sedikit gambaran cinta karenaNya



Rabb, ampunilah dosa & khilafku yang telah lalu
Rabb, meski diri ini tak layak meminta, ijinkan diri ini berdoa
Rabb, jagalah hati ini untuknya setelahMu
Rabb, jagalah hatinya untukku setelahMu
Rabb, jagalah dia sampai kami bertemu dengan ijin & ridhoMu
Rabb, jagalah diri ini sampai kami bertemu dengan ijin & ridhoMu
Rabb, jika Engkau mempertemukan kami, berilah proses yang baik kepada kami
Rabb, Engkau Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu...


kuucapkan trimakasih untuk seorang ukhti dalam baitan doanya malam ini yang sudah menjadi seorang ummi,
"adekku sayang....
ingin rasanya menerima undangan dari anti dg lelaki yg shalih..
ingin mendengar shalawat yg kumandangkan saat walimah,
smg Allah memudahkan anti untuk melangkah menuju pernikahan..."

"Amiin 3x. gemetar hatiku membacanya ukhti... Allahul HAQ for everything... now, i just want learn & learn, moving to be better everytime for My Rabb, everyone, & everything. Bismillah... semoga bisa istiqomah. Amiin"

other learn :
[ijin naruh alamat nggih...]
http://www.uhibbukumfillah.co.cc/2009/11/cinta-bukanlah-disalurkan-lewat-pacaran.html

Saturday, January 16, 2010

ibu...


ibu, di saat seperti ini, aku sangat merindukanmu...
teringat saat aku ada di pelukanmu...
kangen, itu yang aku rasakan sekarang...
meski sudah mendengar suaramu ibu, rindu ini semakin dalam

kala aku sakit, engkau yang menjagaku, merawatku
aku rindu...
meski aku sudah segedhe ini, ketika aku pulang dan capai-ku yang tumpah di rumah,
engkau merawatku tanpa keluh kesah...
ibu, aku rindu...

sangat rindu...
rindu marahmu ketika aku bandel soal makan
rindu marahmu ketika aku bandel makan sembarangan
rindu marahmu ketika ada tingkahku yang kuang pas...
ibu,,,,
rindu,,,
anakmu rindu ibu...

sekarang ini, aku sendirian...
meski ada teman, aku merasa sendirian
karena sayang mereka beda dengan sayangmu ibu...
kesehatanku sekarang sedikit bermasalah
karena udara dingin ini,
ibu, aku sangat rindu kehangatan kasih sayangmu itu...
meski aku sadar di sini, di kampus perjuangan ini, aku harus bisa mandiri...
ya, aku harus bisa memang...
tapi hati ini sekarang saaangat rindu....

Ya Allah, jagalah ibuku, berikanlah kesehatan kepada beliau,
jagalah ibuku Ya Allah,
aku akan berjuang, menyelesaikan studyku dan membuat ibuku tersenyum bangga padaku...
Ya Allah, perlihatkan senyum itu padaku Ya Allah
aku akan berjuang...
bismillah...

Bismillah


Bismillahirrahmaanirrahiim Allah, itulah Rabb-ku yang selalu aku agungkan dalam helaian nafas anugerahNya. Yang selalu aku rindukan ketika hatiku merasa kesepian. Yang selalu aku jadiakan tumpuan saat aku lemah, yang selalu aku puji karena kenikmatan yang diberikannya padaku. Bismillah... dengan menyebut namau Ya Allah, ijinkan lah hamba yang lemah ini memliki masa, mencoba berubah menjadi lebih baik, dan memperbaiki apa yang belum baik, dan melangkah hanya untuk ridho dan rahmatMu. Bismillah... Ya Allah, ijinkanlah... "this is the new of me" ijinkanlah diri ini menjadi hamba yang taat padaMu maafkan semua salah dan khilafku yang telah lalu, dan ijinkanlah "this is the new of me" Bismillah... Ya Allah, ijinkanlah hamba istiqomah di jalanMu ijinkanlah diri ini menggapai asa ini, dan memfokuskan diri pada yang perlu, yang halal, dan yang Engkau ijinkan. Bismillah... Ya Allah... "make this is the new of me..." aku berlindung kepadaMu dari godaan syaiton yang terkutuk Ya Allah. Laa haulaa walaa quwwata illabillahil'aliyyil'adziimi

masa2 TAq d Math ITS 

Friday, January 15, 2010

istiqomah & tidak putus asa

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang…

Dialog di atas menunjukkan perkara-perkara yang berikut:

1.Cita-cita yang murni iaitu mahu menjadi anak yang soleh (orang yang berjaya).
2.Cabaran yang di hadapi iaitu pengaruh hawa nafsu masa muda dan pengaruh rakan-rakan.
3.Prinsip yang menjadi pegangan iaitu kebenaran (ajaran Islam berteraskan ilmu, ibadah, solat, iman dan akhlak mulia).
4.Berjihad melawan pengaruh hawa nafsu dan pengaruh rakan-rakan.
5.Pendirian yang teguh dan tidak terpengaruh dengan pengaruh keseronokan masa muda dan rakan-rakan (Istiqomah).

(Surah As-Syura Ayat 15)
Ertinya : “Oleh kerana yang demikian itu, maka serulah (mereka wahai Muhammad kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankannya sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka; sebaliknya katakanlah: “Aku beriman kepada segala kitab yang diturunkan oleh

Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu (kerana kebenaran telah jelas nyata). Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadanyalah tempat kembali semuanya (untuk dihakimi dan diberi balasan).”

PENGERTIAN ISTIQAMAH

Istiqomah bererti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan sekalipun.

Daripada pengertian ini dapat dirumuskan unsur-unsur utama istiqomah:

Berpegang pada akidah yang benar, aqidah ahli As-sunnah Waljamaah.

Melaksanakan tuntutan Syariat Islam berpandukan Al-Quran dan hadis Rasullallah Sallallahu Alaihi Wassalam.

Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.

Tidak terpengaruh dengan dakyah dan godaan hawa nafsu dan syaitan.

Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggungjawab dan mempertahankan kebenaran.

Istiqomah menjadi tuntutan agama.

Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah Taala dan Rasul-Nya.

(Surah Fusilat Ayat ‘ 6)
Ertinya: Katakanlah ( Wahai Muhammad ): “Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya)……”

(Rawahul Muslim)
Ertinya: Katakanlah: ”Saya beriman dengan Allah kemudian teguhkan pendirian kamu.”
Ruang lengkap Istiqomah

Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai daripada amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah samada fardu ain atau fardu kifayah memerlukan istiqomah:
Contoh Istiqomah

Istiqomah dalam Iman dan melaksanakan tuntutan Iman.

Istiqomah dalam solat dan Ibadah-ibadah khusus yang lain.

Istiqomah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta menentang kebatilan dan kezaliman.

Istiqomah dalam ibadah umum seperti belajar, berniaga dan membuat kerja-kerja yang diizinkan oleh syaraq.

Dengan matlamat untuk mencapai kejayaan di dunia dan di akhirat serta di redhai Allah Taala.
Tahap-tahap Istiqomah

Ada tiga tahap Istiqomah yang perlu berlaku serentak iaitu:

Istiqomah hati: sentiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela seperti riak dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata-kata lain Istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran. Firman Allah Taala.

(Surah Al-Furqan ‘ ayat 32 )
Ertinya: Dan orang-orang yang kafir berkata : “Mengapa tidak diturunkan Al-Quran itu kepada Muhammad semuanya sekali ( dengan sekali gus ) ? diturunkan Al-Quran dengan cara yang demikian kerana hendak menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya, dan kami nyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu.”

Istiqomah lisan: memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya sentiasa berkata benar dan jujur, setepat kata hati yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka dan tidak berdolak dalik.

Istiqomah lisan terdapat pada orang yang beriman, berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Taala. Firman Allah Taala:
(Surah Ibrahim ‘ Ayat 27)
Ertinya: “….Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat…..”

Istiqomah perbuatan: Tekun berkerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha untuk mencapai kejayaan yang di redhai Allah. Dengan kata-kata lain istiqomah perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan, perusahaan atau perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu rupa kerana dorongan hati yang istiqomah.
Hikmat Istiqomah

Istiqomah merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak luntur oleh apa jua pengaruh dan cabaran. Sikap ini membolehkan seseorang itu terus berusaha untuk mencapai matlamat daripada usaha dan pengorbanannya. Akhirnya sikap inilah yang menjadi faktor utama kejayaan.

Dengan kata lain istiqomah menjadi faktor pencapaian matlamat dalam apa jua bidang sama ada bidang agama, siasah, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan. Peribahasa melayu ada menyebutkan, “berpantang maut sebelum ajal.”

Kejayaan melaksanakan tuntutan iman dan matlamat amal Soleh dapat dicanai dengan sikap istiqomah seperti yang dinyatakan di dalam Al-Quran.

(Surah Fusilat-Ayat 30-32)
Ertinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata : “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah Malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham): “Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berdukacita, dan terimalah berita gembira bahawa kamu akan beroleh Syurga yang telah di janjikan kepada kamu.”

“Kamilah penolong-penolong kamu dalam kehidupan dunia dan pada hari akhirat; dan kamu akan beroleh pada hari akhirat apa yang kamu ingini oleh nafsu kamu, serta kamu akan beroleh pada hari ituapa yang kamu cita-citakan mendapatnya.” “(pemberian-pemberian yang serba mewah itu) sebagai sambutan penghormatan dari Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani !”
Membentuk Sikap Istiqomah

Sikap Istiqomah dapat di bentuk dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut ke dalam diri:

1.Matlamat yang unggul iaitu berjaya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
2.Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus asa.
3.Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullallahi Sallallahu Alaihi Wassalam.
4.Ilmu dan maklumat yang cukup.
5.Strategi yang kemas dalam perjuangan.
6.Usaha yang berterusan.
7.Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
8.Berdoa dan bertawakal.
9.Bersyukur dan redha.

Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah Sallallahu Alaihi Wassalam, para sahabat, para mujahid, syuhada” dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.
Manusia dalam perjuangan hidup

Perjuangan dalam hidup manusia amat luas daerahnya. Ada perjuangan yang kecil dan ada perjuangan yang besar. Contoh perjuangan yang kecil ialah apa jua usaha yang dilakukan untuk mencapai kejayaan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan perjuangan yang besar ialah segala usaha untuk mencapai kejayaan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan perjuangan yang besar ialah segala usaha untuk mencapai kejayaan di dunia dan di akhirat. Asas bagi menentukan kecil atau besar tahap perjuangan itu ialah:

1.Matlamat perjuangan.
2.Halangan atau cabaran terhadap perjuangan.
3.Risiko atau pengorbanan yang diperlukan.

Namun begitu ada orang yang keliru. Mereka meletakkan perjuangan untuk mencapai kejayaan di dunia sebagai perjuangan yang utama dan mengabaikan perjuangan untuk mencapai kejayaan di akhirat. Sebenarnya orang yang berusaha untuk mencapai kejayaan di dunia sahaja adalah orang yang akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat, sedangkan orang yang berusaha untuk mencapai kejayaan di akhirat sebenarnya akan mendapat kejayaan di dunia dan di akhirat.

Firman Allah Taala:
(Surah Al-Hadid” Ayat 20-21)
Ertinya: “Ketahuilah bahawa apa (yang dikatakan) kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan (yang mengurang), juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah-megah diantara kamu ( dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan ) serta berlumba-lumba membanyakkan harta benda dan anak pinak; (semuanya itu terhad waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan) tanaman yang menghijau subur) menjadikan penanaman suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (ke suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur bersepai; dan (hendaklah diketahui lagi, bahawa) di akhirat ada azab yang berat (disediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan di dunia itu), dan (ada pula) keampunan besar serta keredhaan dari Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahawa) kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya.”

“Berlumba-lumba kamu (mengerjakan ama-amal yang baik) untuk mendapat keampunan dari Tuhan kamu, dan mendapat Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya; yang demikian ialah limpah kurnia Allah, diberikannya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah sememangnya mempunyai limpah kurnia yang besar.”

Malangnya ada pula orang yang tidak mempunyai perjuangan langsung dalam hidupnya, mereka hanyut bagaikan kiambang di sungai. Mereka diracuni oleh fahaman jabariah iaitu berserah pada takdir tanpa usaha, atau mereka mengikut arus dan perubahan zaman tanpa prinsip dan pendirian, iman mereka rapuh, amal ibadah mereka tidak menetap dan akhlak mereka dicorakkan oleh berbagai-bagai budaya.
Istiqomah dalam perjuangan

Perjuangan yang suci di redhai Allah tidak terlepas daripada cabaran terutamanya perjuangan menegakkan Islam sama ada dalam diri, dalam keluarga dan dalam masyarakat. Cabaran itu hanya akan dapat di atasi oleh semangat jihad yang tinggi, beristiqomah, bersabar dan tidak berputus asa.

Firman Allah Taala:
(Surah Yusof ‘ Ayat 87)
Ertinya: ”Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir….”

wallahu’alam

(alamien84)

Bismillah...


Bismillahirrahmaanirrahiim Allah, itulah Rabb-ku yang selalu aku agungkan dalam helaian nafas anugerahNya. Yang selalu aku rindukan ketika hatiku merasa kesepian. Yang selalu aku jadiakan tumpuan saat aku lemah, yang selalu aku puji karena kenikmatan yang diberikannya padaku. Bismillah... dengan menyebut namau Ya Allah, ijinkan lah hamba yang lemah ini memliki masa, mencoba berubah menjadi lebih baik, dan memperbaiki apa yang belum baik, dan melangkah hanya untuk ridho dan rahmatMu. Bismillah... Ya Allah, ijinkanlah... "this is the new of me" ijinkanlah diri ini menjadi hamba yang taat padaMu maafkan semua salah dan khilafku yang telah lalu, dan ijinkanlah "this is the new of me" Bismillah... Ya Allah, ijinkanlah hamba istiqomah di jalanMu ijinkanlah diri ini menggapai asa ini, dan memfokuskan diri pada yang perlu, yang halal, dan yang Engkau ijinkan. Bismillah... Ya Allah... "make this is the new of me..." aku berlindung kepadaMu dari godaan syaiton yang terkutuk Ya Allah. Laa haulaa walaa quwwata illabillahil'aliyyil'adziimi